Tuesday, January 29, 2013

Pentingnya Latihan Menangkis di Karate

Karate diciptakan oleh master2 zaman dahulu adalah untuk mempertahankan diri, bukan untuk menyerang. Karena serangan Karate bisa sangat membahayakan Jika digunakan sembarangan maka akan mencelakai orang. Orang yang jadi korban bisa jadi cacat atau meninggal. Karena saking bahayanya ilmu Karate ini, maka oleh master2 dahulu diciptakanlah jurus/Kata yang tekniknya kebanyakan didominasi oleh tangkisan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar nantinya karate diharapkan tidak disalahgunakan dalam pengamalannya dikemudian hari. Seperti kita tahu bahwa dalam prinsip Karate tidak ada yang namanya menyerang terlebih dahulu alias jika kita diserang baru kita membela diri. Itulah sebabnya dalam setiap jurus Karate selalu dimulai dengan tangkisan. Dalam setiap tehnik Beladiri Karate selalu ditekankan untuk mempertahankan diri/melindungi diri terlebih dahulu, baru kemudian menyerang. Melindungi diri terlebih dulu maksudnya si pelaku karate dituntut untuk terus memprioritaskan belajar dan melatih gerakan tangkisan secara konsisten dari pada melatih gerakan memukul atau menendang. Di sini setiap murid karate ditekankan untuk lebih banyak belajar dan melatih tangkisan ketimbang pukulan. Hal ini bukan berarti melatih pukulan/tendangan dinomor duakan tetapi dalam pertarungan sebenarnya orang yang mempunyai skill menangkis yang lebih baik memiliki kemungkinan untuk menang lebih besar, walaupun skill pukulannya rendah atau paling tidak dalam kondisi terburuk orang tsb walaupun tidak slalu menang dalam pertarungan tapi ia dapat meminimalisir tingkat bahaya serangan musuh/dapat menahan gempuran serangan lawan sehingga tingkat cedera pada dirinya dapat diminimalisasi sekecil mungkin. Sekarang kita bandingkan dengan sebuah contoh:
  • Si A belajar dan melatih tangkisan serta pukulan dengan kompasisi: latihan tangkisan =80%, latihan pukulan/tendangan=20%
  • Si B belajar tangkisan dan pukulan dengan komposisi: latihan tangkisan=20%, latihan pukulan dan tendangan=80%
Ketika mereka berdua diadu dalam sebuah pertarungan, manakah diantara mereka yang menang? Apakah si A yang mempunyai pertahanan yang paling kuat atau si B yang mempunyai pukulan dan tendangan paling kuat dan cepat? Jawabannya adalah yang menang si A, karena sekuat dan secepat apapun si B melancarkan pukulan, pukulannya akan selalu meleset/tertangkis oleh si A, dan ketika kemudian si A membalas dengan menyerang melalui pukulannya ke si B, mungkin pada tahap ini serangan pukulan yang dilancarkan si A kualitasnya tidak sebagus pukulan yang dilancarkan si B. kualitas pukulan si A boleh jadi dari segi kecepatan rendah, dan dari segi kekuatan atau bobot pukulan juga rendah. Sehingga pukulan si A belum bisa segera membuat kapok si B atau menjatuhkan si B. Tapi lama-kelamaan seiring dengan akumulasi pukulan yang masuk ke tubuh si B, pukulan yang lemah sekalipun dapat mencedrai si B dan akibatnya si B ambruk ke tanah (kalah).
Melatih keterampilan menangkis juga membantu kita dalam bertahan dalam suatu pertarungan. Musuh yang melancarkan serangan terus-menerus secara bertubi2 tapi selalu berhasil kita tangkis, lama kelamaan akan menguras energi musuh juga, sehingga lambat laun kecepatan pukulannya akan melambat bahkan berhenti sama sekali. Di saat pukulannya lambat terbukalah peluang/celah untuk kita memukulnya.
Latihan menangkis juga dapat menghindarkan tubuh kita dari cedera yang serius akibat pukulan telak musuh. Sehingga kalau saat menit pertama saja kita sudah kena pukul telak dan terhuyung-huyung, bagaimana jika kita akan bertarung di menit2 selanjutnya, pasti lebih berat.
Dalam hal ini bukannya penulis mengabaikan latihan memukul/menendang. Tidak sama sekali tidak! Tetapi penulis hanya ingin sekedar meluruskan kembali muksud dan tujuan latihan karate. Penulis perhatikan banyak diantara para siswa2 Karate yang lebih enak melatih Karatenya hanya sebatas teknik memukul atau menendang saja, sedangkan mereka tidak bergairah untuk melatih tangkisan. Waktu mereka berlatih di Dojo, mereka terpaksa harus mengikuti sensei mereka dalam melakukan gerakan2 termasuk teknik tangkisan. Tapi teknik tangkisan yang mereka latih di Dojo atas intruksi senseinya tidak membuat mereka senang. Mereka tidak menghayati gerakan tangkisan yang mereka lakukan. Sesudah sampai di rumah mereka melupakan semua latihan teknik tangkisan waktu di Dojo, mereka kembali hanya melatih pukulan secara berulang2 tanpa melatih tangkisan sedikitpun. Mereka berlatih di rumah hanya bergairah untuk melatih pukulan saja. Sebenarnya ini tidak salah, banyak Karateka yang berlatih memukul Makiwara di rumah. Maksud penulis latihlah pukulan sampai baik dan perbanyaklah latihan Tangkisan, karena tangkisan dapat melindungi anda dari cedera dan kekalahan.


Teknik Cara Mematahkan dan Meremukkan Benda-Benda Keras (Tameshiwari)


Teknik meremuk/mematahkan/menghancurkan benda/objek keras hanya merupakan salah satu bagian kecil dari Latihan Karate, dimana dalam teknik ini sebenarnya merupakan peragaan kecepatan dan tenaga yang dapat dicapai oleh tubuh lewat serangkaian proses latihan yang panjang dan melelahkan.
Seorang Karateka harus mampu memusatkan dan membangkitkan segala kekuatannya terhadap objek yang akan diremukkannya. Bila muncul keraguan dalam dirinya akan kemampuan meremukkan benda tersebut, bahkan sebelum dia melakukan pukulan, maka keraguan yang muncul tersebut mau tidak mau, suka tidak suka  akan mengurangi kekuatannya dalam memukul, dan kalau sudah begitu tentunya objek yang akan dijadikan sasaran memukul pastinya tidak akan remuk. Pada prinsipnya bisa tidaknya objek tersebut remuk atau hancur, itu tergantung dari pemusatan  dari pikiran kita. Takut akan sakit biasanya membuat siswa ragu-ragu, dan dengan demikian mengurangi tenaga dan kecepatannya. Siswa harus dapat membangkitkan dan mengembangkan kepercayaan diri sendiri dan mampu mengatasi ketakutan psikologis tersebut. Ia harus menyadari bahwa  ia harus mempertaruhkan tenaga dan mental yang amat besar , kebulatan tekad dan latihan pemusatan yang dinamis yang merupakan kunci dari latihan-latihan meremukkan atau mematahkan benda-benda keras.
Untuk meremukkan atau mematahkanbenda-benda keras , diperlukan prinsip-prinsip sebagai berikut:
  1. Ambil posisi pada jarak yang layak, dan sikap yang menjamin keseimbangan untuk maksud yang satu ini. (biasanya sikal L atau sikap tegap (fixed), dan sikap jalan pada awal gerak memukul. Sikap-sikap ini dipakai bila ingin menghancurkan dengan tangan.
  2. Pusatkan dan bangkitkan segala tenaga pada waktu mengenai sasaran, dipusatkan pada suatu titik diluar objek yang akan diremuk. Jangan membidik dan memukul pada permukaan objek. Pusatkan, bidik , dan pukul pada titik pusat dari objek.
  3. Dalam teknik-teknik meremuk pinggang dikoordinasikan, untuk memungkinkan terputarnya badan lengan sepenuhnya ke arah objek.
  4. Punggung lurus, tumit-tumit dipijakkan dengan kuat.
  5. Keluarkan nafas kuat-kuat pada waktu mengenai sasaran.
  6. Tegangkan bagian yang memukul dan perut pada waktu mengenai sasaran.
  7. Pada teknik meremuk dengan kaki, badan diikut sertakan ke arah objek, dan mamfaatkan sebesar-besarnya daya pegas dari lutut yang tidak menendang.
  8. Tegangkan bagian pemukul dari kaki yang menendang pada waktu mengenai sasaran, dan jaga agar kaki itu terentang lurus.
  9. Arahkan pemusatan pikiran untuk meremuk (pikiran lebih utama dari pada tubuh).
    Membidik dan meluncurkan pukulan tepat ke titik tengah sasaran Objek dengan kekuatan dan kecepatan yang Maksimal adalah kunci suskses untuk meremukkan sebuh objek
     Gunakan bagian ujung dari tangan (bagian ujung tangan adalah bagian yang bersentuhan langsung dengan objek)  untuk memukul objek,  semakin kecil dan lancip  ujung tangan yang akan digunakan untuk memukul, semakin mudah untuk meremukkan objek.
     Cara atau Teknik Meningkatkan Kekuatan (Power) Pukulan atau Tendangan ketika melakukan Tameshiwari:


    1. Memamfaatkan  gaya gravitasi bumi, contoh seumpama ada orang  mempunyai berat badan  154 lbs (70 kgs) berdiri dengan satu kaki, maka bumi menerima tekanan sebesar 154 lbs (70 kgs.) juga, tetapi jika orang yang mempunyai berat badan  154 lbs (70 kgs) meloncat  ke udara dan salah satu kakinya mendarat mengenai/menekan bumi, maka tekanan yang diterima oleh bumi menjadi lebih besar dari 154 lbs (70 kgs.). Dalam hubungannya dengan Tameshiwari, kekuatan gaya grafitasi bumi dapat dipadukan dengan teknik cara memukul yang benar, tenaga dan kecepatan sehingga menimbulkan efek damage yang sangat besar bagi objek/benda keras yang akan dihancurkan tersebut. 
    2. Melakukan pukulan dengan posisi yang benar atau lurus ke titik tengan objek. Indikator lurusnya pukulan kita untuk mengenai objek adalah dengan melihat sudut dari ujung  tangan kita dengan permukaan objek tersebut yang membentuk sudut 90 derajat, sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar berikut ini.  

     
    Metode yang Dipakai  untuk Memposisikan Objek/Benda Keras  yang akan Dipukul yaitu:
     Pada metode pertama, adalah metode yang lazim digunakan para Karateka untuk melakukan Tameshiwari, tetapi metode ini sangat sulit untuk di remukkan dibandingkan dengan dua metode lainnya diatas, karena objek tertumpu dengan seimbang oleh kedua kakinya, yang mana dalam posisi ini kekuatan dan ketahanan objek terhadap benturan dari atas  semakin kokoh. Dalam posisi seperti ini Karateka harus mengeluarkan kekuatan yang lebih ekstra untuk meremukkannya tepat di titik tengah objek tersebut.
    Pada metode kedua, sebenarnya lebih/paling gampang   dari metode pertama dan ketiga sebab objek miring dan dalam posisi yang tidak kokoh (hanya bertumpu pada sebelah tangan Karateka). Karateka dapat lebih mudah untuk meremukkan benda keras dengan metode posisi objek seperti  ini.
    Pada metode Ketiga, sekilas terlihat lebih sulit dari pada metode kedua, tetapi jika dilihat lebih teliti sebenarnya ujung besi yang digunakan untuk jadi tumpuan balok batu bata (objek) dapat dijadikan alat untuk membantu Karateka dalam proses peremukan objek.


    Secara teoritis objek dengan permukaan yang lebih tipis dan lebih lebar dapat lebih mudah untuk dihancurkan