Belajar Karate sampai Sabuk Hitam
Pentingkah Belajar Karate sampai Sabuk Hitam?
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVxKhtWiu5DokZCg-2bNXqSGAkFMu15ou-aEGJQrF2PrFBLjgAZN3WD_Pfjkar9EW3jwVq3yceQLlTRqGIqJKnzoOsWh_Q3nCDh0oUMfkZRhiRAA33xMXdQmxq7T6GDhnJVT03Ub2e0Bg/s1600/sabuk+Hitam.jpg)
• Belajar Karate biar dibilang hebat karena sudah bisa menghapal jurus (KATA) yang sebegitu banyak sampai dianggap bisa menghapal KATA tingkat tinggi Fakta : Banyak anak kecil Sekarang yg ngapalin Unshu, Suparinpai, Kururunfa, Gojushiho/ Useishi. Tapi tidak ada hasilnya alias cuma buat hapalan saja. Bahkan sekarang-sekarang ini saja, banyak anak-anak kecil yang mempunyai level senior dalam karate padahal secara fisik mereka belum sanggup. Bahkan waktu gashuku penulis pernah melihat anak kelas 5 SD sudah sabuk coklat strip 3 Kyu 1 level terakhir ditingkatan siswa. Mereka sudah bernafsu ngotot pengen ikutan ujian ke sabuk hitam. • Biar dibilang sudah senior jika sudah memakai sabuk Hitam. Fakta : kalau mau sabuk hitam tinggal pergi ke toko olahraga beli sabuk hitam pilih yg corak kuning emas. gampangkan? • Untuk melamar jadi satpam sepertinya ada gunanya bawa sertifikat sabuk beladiri. Fakta : Tapi nggak tau apakah semakin tinggi sabuknya akan semakin tinggi gaji yang diterimanya.
Menurut pendapat penulis bukan masalah penting atau tidaknya meraih sabuk hitam, tapi kembali lagi apa tujuan kita berlatih Karate. Mungkin sabuk Hitam berguna jika kita ingin menjadi pelatih atau pengurus dari suatu organisasi Karate. Tetapi hendaknya jika kita belajar Karate, kita jangan hanya condong mengejar tingkatan sabuknya saja, tetapi kita harus meningkatkan kualitas dari latihan karate kita. Jika kualitas latihan kita bagus atau penguasaan akan ilmu Karate bagus maka sabuk atau pengakuaan akan datang dengan sendirinya sesuai keilmuan praktisinya, walaupun kita hanya punya sabuk dengan tingkatan rendah. Logikanya seperti ini:" jika kau dijuluki si tukang makan, maka bukan artinya kau ingin dijuluki si tukang makan tetapi karena kau memang doyan sekali makan, jadi saking doyannya secara tidak sadar kau dijuluki si tukang makan.
Bahkan Penulis menemukan fakta di lapangan bahwa ada seseorang yang sudah Dan III dalam suatu perguruan Karate yang sudah sembilan tahun sudah tidak berlatih karate sama sekali, dan baru-baru ini ia berkeinginan untuk kembali berlatih Karate lagi. Hal ini menurut Penulis, menyalahi tiga prinsip dari ke20 Filosofi Karate Ginchin Funakoshi yaitu:pertama " mempelajari karate memerlukan waktu seumur hidup dan tak punya batasan", kedua “Karate seperti air yang mendidih, jika kamu tidak memanaskannya secara teratur, ia akan menjadi dingin” dan ketiga “ Masukan Karate dalam keseharianmu, maka kamu akan menemukan Myo (rahasia yang tersembunyi). Berkaitan dengan hal tadi, menurut Penulis walaupun sudah tinggi tingkatannya orang tersebut masih belum mengerti dan memahami apa mamfaat dan filosofi dalam Karate. Seharusnya dengan bekal ilmu Karatenya yang sudah tingkat tinggi ia harus selalu terus mengamalkan karatenya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut penulis sayang sekali kalau sudah Dan III, karatenya justru ditinggalkan, lebih baik sabuk rendah tapi ilmu karatenya rutin terus diamalkan sepanjang hidupnya daripada sudah tingkatan tinggi tapi berhenti di tengah jalan alias tidak konsisten. Hal ini dapat dimaklumi karena rendahnya kualitas sekolah beladiri di tanah air yang kebanyakan hanya mengejar tingkatan sabuk, lain halnya dengan di Jepang. Di negara matahari terbit tersebut seseorang yang belum pantas kualitas tekniknya tidak berhak untuk naik tingkat, dan tidak di perbolehkan untuk mencapai sabuk Hitam walaupun dia sudah senior (peserta yang sudah lama belajar di Dojo). Nah! Bagaimanakah dengan Anda, apakah anda hanya ingin sekedar mengejar sabuk Hitam tanpa meningkatkan kualitas teknik anda? Apakah anda termasuk orang yang tidak mementingkan sabuk Hitam dan hanya fukos pada penguasaan teknik2 saja, ataukah kedua-duanya?
No comments:
Post a Comment