Friday, March 15, 2013
Tuesday, February 12, 2013
Cedera Lutut Pada Latihan Bela Diri
Jika pada proses latihan anda memaksakan keinginan berlatih melawan rasa sakit, daripada memperhatikan struktur lutut, kerusakan yang dapat melemahkan dapat terjadi dari waktu ke waktu. Kekuatan tendangan secara penuh ke udara tipis atau pengarahan yang kurang dari kaki pendukung pada tendangan putaran dapat menyebabkan hiperekstensi pada lutut kaki yang menendang atau rotasi yang berlebihan dari kaki pendukung masing-masing, yang mengorbankan integritas bersama. Secara sederhana, praktek-praktek ini cenderung mengacaukan posisi lutut Anda ke atas. Latihan yang difungsikan dalam batas-batas parameter fungsi lutut yang normal lebih memungkinkan sendi untuk lebih bertahan dan berkembang.
Mencegah kerusakan lutut lebih lanjut
Gerakan tertentu pada saat latihan, dan teknik tertentu dapat menimbulkan masalah lutut. Terkadang terdapat keluhan terjadi masalah pada lutut jika membuat posisi kaki kuda-kuda dan melakukan satu gerakan serangan bentuk tendangan. Hal ini sebenarnya tidak menimbulkan masalah jika dilakukan pada posisi kaki (kuda-kuda) yang benar (posisi betul-betul kuat dan seimbang). Dengan menggeser posisi kaki pada kuda-kuda yang seimbang dan benar serta melakukan tendangan pada sasaran yang tepat maka tidak akan berpengaruh lebih besar pada lutut, sekalipun terdapat masalah pada lutut tersebut. Hal ini di dasarkan karena dengan posisi kuda-kuda yang benar akan memberikan tekanan yang tidak berlebihan pada engsel lutut, sehingga walaupun melakukan suatu tendangan yang keras dan cepat tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap rotasi engsel lutut.
Tidak seorangpun menginginkan terjadi cedera pada saat latihan atau semakin memperburuk keadaan lutut yang bermasalah dengan pola latihan yang tidak benar. Untuk itu perlu adanya pengertian dan pemahaman secara mendalam baik dari pribadi atlet maupun dari pelatih dalam memahami masalah cedera ini. Pesan moral dari tulisan ini adalah, kita harus memperhatikan kondisi anggota tubuh kita sendiri daripada melakukan latihan dengan memperhatikan apa yang kita dengar.
Tips – Cara merawat seragam Karate
Sebuah seragam latihan (Gi) akan dapat bertahan selama beberapa tahun jika diperlakukan dengan benar dan hati-hati. Bagi kebanyakan orang yang mempunyai uang yang lebih mungkin hal ini bukan menjadi satu masalah karena dapat membeli seragam yang baru. Tetapi bagi sebagian orang lainnya yang tidak mempunyai uang lebih akan menjadi masalah tersendiri. Konon, beberapa ahli beladiri senantiasa menjaga dan merawat seragam latihannya dengan baik, karena ada pemikiran bahwa dalam seragam (Gi) tersebut telah menempel Aura pemiliknya. Sehingga dengan merawat dan menjaga seragam tersebut sama dengan menjaga aura-nya.
Saran ini akan membantu Anda dalam menjaga dan merawat peralatan seragam Anda.
- Gantungkan seragam (Gi) anda setiap setelah digunakan latihan.
- JANGAN PERNAH meninggalkan seragam (Gi) dalam keadaan basah/berkeringat dalam tas latihan Anda.
- Balik bagian dalam seragam (Gi) selama mencuci.
- Cuci seragam (Gi) anda dengan menggunakan air hangat atau panas.
- JANGAN PERNAH gunakan pemutih atau deterjen dengan pemutih, hal ini akan mempengaruhi kekuatan tenunan (rajutan) kain seragam.
- Cuci seragam (Gi) SEBELUM mulai bau.
- Beberapa ahli juga merekomendasikan untuk menganji dan menyetrika seragam (Gi) setelah masing-masing dicuci.
- Untuk seragam (Gi) yang masih baru akan menyusut ketika keadaan basah. Dalam kondisi ini akan terjadi penyusutan 10 – 20% pada bagian sepanjang lengan. Tingkat penyusutan bervariasi antara merek (keunikan tenunan, kepadatan kapas, desain Gi).
- Penyusutan maksimum akan terjadi jika Anda menggunakan mesin cuci dan pengering. Biasanya anda akan memperbaiki ukuran seragan (Gi) setidaknya dua kali sebelum mencapai ukuran akhir.
- Setelah terjadi penyusutan ukuran seragam (Gi) mungkin diperlukan juga menjahit ujung celana dan atau lengan pada setiap bagian.
- Jangan pernah mencuci sabuk (Obi)
Semoga tips ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menjaga dan merawat seragam (Gi) yang selalu kita pakai selama latihan.
Strategi untuk mengurangi gugup (Nerves) di pertandingan
Setiap orang sering kali merasa sedikit gugup sebelum pertandingan besar atau acara olahraga. Namun, bagi mereka yang mengalami gejala gugup berat yang berhubungan dengan gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder atau SAD), kualitas kinerja motorik mereka akan sering terganggu. Hubungan antara kecemasan dan kinerja motorik begitu kuat sehingga semua bidang psikologi olahraga dikhususkan untuk membantu mental para atlet sebelum bertanding. Untungnya, kita dapat menggunakan beberapa strategi untuk membantu mengatasi kegelisahan di pertandingan dan mengelola kecemasan sebelum menjadi tidak terkendali.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi perasaan gugup sebelum bertanding adalah sebagai berikut :
1. Tetapkan Tujuan
Tujuan yang jelas membantu untuk mengukur keberhasilan – tetapi tujuan yang terlalu tinggi dapat membuat Anda kewalahan dan tidak yakin pada kemampuan Anda. Pilih tujuan yang dapat dicapai tetapi menantang, dan bila mungkin, memecah tugas menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan serangkaian tujuan jangka pendek.
2. Teknik Relaksasi
Teknik relaksasi sangat membantu untuk mengurangi gejala fisik dari kecemasan seperti peningkatan denyut jantung, otot tegang dan pernapasan cepat dan dangkal. Teknik ini dapat digunakan setiap saat menjelang pertandingan atau kompetisi.
3. Mengembangkan Kepercayaan Diri
Hal ini dapat sulit untuk membayangkan menjadi percaya diri dalam kompetisi jika Anda biasanya runtuh di bawah tekanan. Namun, Anda dapat mengambil langkah nyata untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri. Fokus pada kesuksesan masa lalu bukan kegagalan.
4. Fokus pada hal yang dapat anda kontrol
Jika Anda menemukan diri Anda khawatir tentang siapa yang di kerumunan mengamati anda, atau bahwa pesaing lainnya lebih baik dari Anda – mengingatkan diri Anda bahwa ini adalah aspek kompetisi yang di luar kendali Anda. Apa yang dapat mengendalikan adalah penampilan Anda sendiri, seberapa baik anda siap menghadapi kompetisi atau pertandingan.
5. Berdo’a
Berdo’a adalah hal yang paling mudah untuk dilakukan dalam rangka mengurangi rasa gugup di pertandingan atau kompetisi. Serahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Esa mengenai hasil pertandingan, yang harus diyakini bahwa Tuhan selalu memberikan hasil yang terbaik bagi kita. Kalah atau menang dalam suatu pertandingan adalah hal yang biasa.
Menerima dan Mengambil Pelajaran Dari Kekalahan di Pertandingan
“Tunjukkan pecundang yang baik dan saya akan menunjukkan pecundang.” ~ Vincent Lombardi
“Selalu mengubah situasi negatif menjadi situasi positif.” ~ Michael Jordan
Ungkapan-ungkapan di atas adalah ungkapan yang telah disampaikan oleh beberapa atlet olahraga dalam mensikapi nilai keberhasilan dan kekalahan dalam suatu pertandingan.
Dalam kehidupan manusia, dalam berbagai kegiatan atau aktivitas hidupnya mempunyai satu nilai untuk sebuah harga keberhasilan dari usaha yang dilaksanakannya. Persaingan dalam kehidupan ini adalah nilai-nilai yang normal dan manusiawi. Semua orang akan berlomba-lomba untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita atau keinginan dalam hidupnya. Sebagian orang merasa puas dengan semua keberhasilannya dan sebagian lainnya merasa bahwa kekalahan adalah akhir dari segalanya.
Dalam sebuah kompetisi atau pertandingan, baik pertandingan yang terukur maupun yang tidak terukur, pada akhir kompetisi itu akan mengetahui hasil akhirnya yaitu ada yang menjadi pemenang dan ada yang tersisih. Tidak sedikit ungkapan kalimat yang bijaksana menjadi seperti pendorong atau motivasi bagi orang-orang yang merasa telah gagal melaksanakan sesuatu. Kadangkala akan terasa sangat sulit menerima masukan, teguran ataupun nasehat ketika kita telah “dikalahkan” dalam sebuah kompetisi. Hal ini akan memberikan kesan buruk pada mental kehidupan seorang atlet.
Upaya yang dapat dilakukan oleh seorang pelatih yang mengetahui karakteristik murid-muridnya kadangkala melebihi batas yang cukup mengkhawatirkan dari sisi psikologi anak didiknya. Upaya untuk melindungi atlet adalah sangat wajar dan natural, tetapi yang harus diingat bahwa dalam kompetisi atau pertandingan “Sebenarnya ada pemenang dan yang tersisih/kalah”. Sebagai seorang instruktur atau pelatih seharusnya mengajarkan dan membina atletnya mengenai CARA untuk bersaing dan menang atau BAGAIMANA menerima suatu kekalahan secara SEHAT dan POSITIF
Terdapat suatu keyakinan bahwa jika kita mau mengakui suatu persaingan (kompetisi) secara harfiah akan menghasilkan atau melahirkan suatu “Keunggulan”. Apakah terdapat sisi buruk dari suatu pertandingan (kompetisi)???Apa yang dapat mungkin terjadi dalam suatu kompetisi bahwa kita akan kehilangan sebuah pelajaran besar??seorang bijak pernah berkata, “ketika anda mengalami kekalahan, jangan sampai anda kehilangan sebuah pelajaran”.
Seorang yang mengalami kekalahan (pecundang) sebenarnya tidak seperti ungkapan yang disampaikan oleh Lombardi di atas. Mengapa??Lombardi mengatakan bahwa tunjukkan padaku seorang “pecundang (kekalahan) yang baik”, hal ini digunakan untuk menerima sebuah kekalahan dan saya akan tunjukkan siapa sebenarnya yang “pecundang” (kekalahan). Hal ini sama sekali benar-benar berbeda dengan apa yang dimaksud dengan pecundang “yang baik”. Secara nyata, Michael Jordan adalah sebuah contoh yang baik, yang mengatakan “bangun kembali dari bawah (kekalahan)”
Michael Jordan adalah salah satu “Pemenang” terbesar di planet ini, dia telah mendapatkan enam kali gelar juara. Yang perlu diingat adalah bahwa tidak semua jalan raya atau jalanan selalu diaspal dengan mulus, terkadang kita temui jalan sedikit bergelombang, lubang kecil maupun lubang yang cukup besar.
Ungkapan Michael Jordan adalah ungkapan yang menunjukkan sifat optimisme seorang yang memiliki mental positif yang TIDAK ingin kehilangan atau tidak tahan menerima kehilangan dan MAMPU mengambil suatu pelajaran (Belajar dari pengalaman yang telah diterima) dari setiap kekalahan pada suatu kompetisi atau pertandingan untuk menjadi pemenang di kemudian hari. Memang inilah salah satu cara untuk menjadi “Pemenang” yang melalui berbagai “kehilangan” pada suatu kompetisi. Bahkan boleh dibilang tidak ada yang namanya pemenang – yang adalah adalah hanya seorang yang menerima kekalahan dengan kebesaran hati yang akan menjadi pemenang.
Persaingan atau kompetisi adalah jauh lebih baik bagi yang kalah daripada seorang yang menjadi pemenang. Kekalahan dan kehilangan adalah bersifat sementara, hal ini sama saja dengan yang menjadi pemenang pada kompetisi tersebut. Kita akan menemukan suatu pelajaran yang amat penting dan berharga bahwa kita harus dapat menghargai suatu nilai dari sifat “FANA” dalam konteks waktu. Tidak ada keabadian dalam kehidupan seorang manusia, demikian pula halnya dalam sebuah kompetisi. Sebagaimana yang disampaikan Winston Churcill “Hidup anda (waktu) adalah dinamis dan bukan statis”. Berapa kali dan berapa banyak para atlet olimpiade menerima kegagalan dan bangkit kembali dari kekalahan pada olimpiade sebelumnya. Seseorang PECUNDANG (yang benar-benar kalah tanpa motivasi) akan mempunyai pemikiran bahwa akan sulit untuk memastikan menjadi seorang juara pada kompetisi berikutnya
Bagaimana dengan kekalahan anda pada kompetisi atau pertandingan yang terakhir???apakah mempengaruhi kehidupan latihan anda???ataukah kekalahan itu telah mengalahkan dan menembak anda untuk tidak bangkit lagi???
Tidak pernah ditemui seseorang dengan bakat alami dapat menjadi yang terbaik. Hal ini mengenai sesuatu pembuktian mengenai terjadinya suatu perubahan internal pada diri seorang atlet yang belajar menerima kekalahan, penderitaan, penghinaan dan menantang dirinya sendiri untuk merubahnya demi sebuah keberhasilan tertinggi di masa mendatang. Hidup ini adalah sebuah proses perjalanan, kemenangan adalah proses, tetapi kehilangan adalah sebuah prasyarat….!!!
Pelajaran dari Winston Churchill : “Sukses bukan akhir perjalanan, kegagalan bukan hasil fatal, hal tersebut adalah keberanian untuk melanjutkan hal yang dianggap penting”
Mengenal lebih dekat dengan “Bushido”
Bushido (武士道 secara harfiah berarti “tatacara ksatria”) adalah sebuah kode etik kepahlawanan golongan Samurai dalam feodalisme Jepang. Samurai sendiri adalah sebuah strata sosial penting dalam tatanan masyarakat feodalisme Jepang. Secara resmi, Bushido dikumandangkan dalam bentuk etika sejak zaman Shogun Tokugawa. Makna bushido itu sendiri adalah sikap rela mati negara/kerajaan dan kaisar. Biasanya para samurai dan Shogun rela mempartaruhkan nyawa demi itu,jika ia gagal,ia akan melakukan seppuku (harakiri).Bushido sudah dilakukan pada saat perang dunia II, yaitu menjadi prajurit berani mati.
Bushido berasal dari dua dasar kata, dimana “Bushi” yang berarti kesatria dan “Do” yang berarti jalan/tata cara/kode etik. Kata “Bushi” dapat di bagi lagi menjadi kata “Bu” yang berarti untuk menghentikan, dimana definisi dari kata “Bu” ini adalah menghindari terjadinya kekerasan dan penggunaan senjata. Sementara kata “Shi” yang dapat diartikan sebagai seseorang yang mempunyai peringkat dengan cara belajar. Namun arti kata “Bushi” sepertinya untuk memberikan arti “setiap orang yang menjaga kedamaian baik secara diplomatis maupun dengan penggunaan senjata. Sehingga secara keseluruhan arti kata “Bushido” dapat berarti suatu jalan atau metode untuk menjaga perdamaian yang dilakukan secara diplomasi maupun menggunakan senjata.
Sesungguhnya “Bushido” merupakan suatu kombinasi dari berbagai aturan/ajaran dari berbagai lembaga kesatuan. Bushido sesungguhnya secara mendasar merupakan suatu mekanisme dari prinsip-prinsip system moral. Mereka yang mendapatkan pelajaran mengenai prinsip pedoman aturan itu diharapkan dalam melaksanakannya. Bushido mengikuti sebuah kerangka dasar yang terdiri dari “chi” (kebijaksanaan), “jin” (kebajikan) dan “yu” (keberanian). Terdapat beberapa sumber untuk pedoman dari Bushido. Sumber pertama adalah agama budha. Di agama budha terdapat tiga prinsip dasar yaitu rasa tenang, percaya pada takdir dan penyerahan diri pada penghinaan yang tidak terelakkan pada pasangan kehidupan yang dekat dengan kematian serta ketabahan dan ketenangan dalam menghadapi bencana. Zen adalah sumber yang lain dari Bushido. Zen mengaplikasikan kontemplasi dan berusaha secara konstan untuk mencapai keunggulan sehingga untuk mencapai tingkat pemikiran yang berada di luar jangkauan ekspresi verbal. Agama Shinto juga salah satu sumber dari Bushido. Pada ajaran agama Shinto, menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi sesuatu dengan menghindari perbuatan dosa/kesalahan. Dijelaskan pulan bahwa “…hati manusia…ketika benar, tenang dan jelas akan mencerminkan citra keilaihan/ketuhanan”. Konfusius adalah asal kata akhir dari Bushido. Konfusius mengatakan bahwa terdapat lima hubungan moral yaitu Majikan-Pelayan, Ayah-Anak, Suami-Istri, Adik-Kakak, dan Teman-Teman. Kombinasi dari semua aspek tersebut memberikan dasar pada arti kata Bushido.
Dalam dunia modern seperti sekarang ini, Bushido masih sering dipraktekkan. Walaupun tidak secara utuh pelaksanaannya, saat ini pelaksanaan Bushido hampir mempunyai kesamaan dengan Bushido yang dipraktekkan sekitar 800 tahun yang lalu.
Aspek pertama dari Bushido adalah Kejujuran, dimana tugas individual untuk berani menggunakan penilaian secara benar pada penyebab kemuliaan. Biasanya mereka disebut dengan nama “Gishi” atau seseorang yang jujur dimana telah menguasai seni pelaksanaan kejujuran. Mereka yang telah menguasai moral kejujuran juga memiliki keberanian.
Aspek berikutnya pada Bushido adalah “Gagah berani”. Gagah berani tidak hanya diartikan secara fisik tetapi juga melakukan suatu keberanian secara benar, dilakukan pada saat yang tepat. Siapa saja dapat berada ditengah-tengah pertempuran dan mungkin dapat terbunuh, hal ini biasanya disebut dengan “kematian yang sia-sia.” Mengutip dari kalimat pangeran Mito yang menyatakan bahwa “Ini suatu keberanian yang benar pada hidup dan mati jika dilakukan dilakukan dengan cara yang benar.”
Aspek ketiga dari Bushido adalah Kebajikan. Samurai di ajarkan untuk memiliki “Bushi no Nasaki”. Bushi berarti “kesatria”, no berarti “dengan” Nasaki berarti “kelembutan” atau dapat diartikan secara utuh “kelembutan seorang ksatria”. Meskipun ajaran belas kasihan dianggap sebagai karakteristik yang feminim, para samurai masih menganut ajaran tersebut. Seorang pangeran dari Shirakawa menjelaskan bahwa Kebajikan yang baik adalah “ Meskipun mereka mungkin akan melukai perasaan anda, terdapat tiga hal yang hanya kamu lakukan untuk memaafkan, hembusan angin yang akan memantulkan belas kasih anda, amarah anda yang dapat anda kendalikan/sembunyikan, dan seseorang yang berusaha berselisih dengan anda.”
Aspek berikutnya dari Bushido adalah kesopanan. Setiap orang dapat berpura-pura untuk tulus dan menjadi panutan orang lain tetapi hal ini bukan nilai dari sopan santun itu. Orang-orang jepang sangat baik karena satu alas an. Hal itu adalah perasaan pada orang lain. Sopan santun adalah sebuah kelemahan sifat jika dilakukan hanya pada ketakutan pada saat takut menyinggung perasaan secara baik.
Sikap berikutnya dari Bushido adalah Kebenaran. Berbohong pada samurai biasanya dianggap sebagai pengecut dan tidak terhormat. Kata seorang samurai biasanya cukup dari untuk menggambarkan suatu kesepakatan yang pernah dilakukan yang tidak pernah dilanggar. Mereka yang mempraktekkan Bushido pada saat ini berusaha untuk melakukan nilai kejujuran.
Aspek berikutnya dari Bushido adalah kehormatan. Kehormatan adalah seperti sebuah bekas sayatan atau goresan di pohon pada saat itu, bukannya merendahkan dan membantu untuk memperbesar sayatan itu. Istilah ini merupakan pepatah kuno samurai. Kehormatan dapat didefinisikan sebagai kesadaran hidup yang bermartabat secara pribadi dan layak. Kehormatan selalu berjalan beriringan dengan bunuh diri. Seorang samurai selalu menempatkan sedemikian tinggi falsafah kehormatan, dan hal itu biasanya sering menjadi alasan yang cukup untuk mengambil nyawa sendiri. seorang samurai melaksanakan “Seppuku” dan “hara-kiri”. “Seppuku” berarti membunuh diri sendiri. Sedangkan “Hara-kiri” terdiri dari dua kata, dimana “Hara” dapat berarti perut dan “kiri” yang berarti membunuh. Nyawa dikatakan berada pada perut, sehingga praktek yang mengerikan dari penyiksaan diri sendiri menjadi legal.
Aspek berikutnya adalah Loyalitas/Kesetiaan. Konfusius menggarisbawahi bahwa loyalitas/kesetiaan adalah hal yang sangat penting. Anak-anak yang diajarkan untuk mengorbankan sesuatu pada pemimpin. Tetapi kesetiaan ini hampir dilupakan sebagai sesuatu ajaran feudal yang punah. Padahal kesetiaan pada pemimpin adalah sesuatu yang dapat ditransformasikan ke dalam sifat patriotism pada Negara dan dapat menginspirasi perasaan nasionalisme.
Aspek terakhir dari Bushido adalah Kontrol diri. Samurai tidak pernah memperlihatkan ekspresi apa saja mengenai perasaannya, dan tidak memasukkan perasaannya pada orang lain. Seorang samurai yang diajarkan sejak usia awal untuk belajar mengatur diri sendiri secara maksimal.
Semangat untuk berprestasi
Terlepas dari apa motivasi seseorang itu meraih prestasi, kesemuanya itu mempunyai kesamaan, yaitu mempunyai energi lebih yang melimpah dalam diri mereka, berani menghadapi tantangan dan ambisi besar untuk diwujudkan. Mengapa banyak pakar perilaku berpendapat bahwa keberhasilan adalah sikap.
Salah satu faktor yang menyebabkan seorang terus gigih meraih prestasi adalah kemampuan untuk menghidupkan dan mengobarkan semangat untuk senantiasa berprestasi dalam hidupnya.
Berikut ini terdapat beberapa tips yang dapat digunakan untuk mengobarkan semangat untuk meraih prestasi :
1. Jadilah diri sendiri
Jika cita-cita anda untuk berprestasi mengalahkan orang lain, anda akan segera kehabisan energi positif diri anda dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Dorongan yang muncul lebih banyak bersifat negatif yang dapat mengganggu kejernihan pandangan anda. Jangan bandingkan diri anda dengan orang lain, kenali saja diri anda dan jadilah diri sendiri.
2. Menyusun Strategi
Buatlah rencana gambaran besar cita-cita yang ingin anda raih di masa depan. Buatlah sesulit mungkin, namun percayalah anda dapat mencapainya. Kemudian kembangkan dalam kelompok target jangka pendek serta tentukan kapan anda akan meraihnya. Perjalanan sejauh ribuan kilometer akan dapat dilalui dengan selangkah demi selangkah.
3. Belajar terus
Jangan pernah berhenti untuk belajar, namun tidak harus mempelajari kesemuanya. Belajar mengenali kekuatan pada diri anda sendiri untuk menjadi seorang ahli agar mampu menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan sebaik-baiknya. Mempelajari semua hal memang baik untuk menambah wawasan dan kebijakan namun jika anda tidak mempunyai satu keahlian yang menjadi keunikan diri anda sendiri, maka anda tidak akan pernah tahu apa yang anda inginkan.
4. Melakukan apa yang sesuai
Lakukan apa yang anda senangi dan cintai. Ini akan menumbuhkan semangat dan kesenangan dalam apa yang anda lakukan. Anda akan dapat menemukan bahwa suatu keberhasilan bukan sesuatu yang ada di depan sana. Namun berjalan seiring dengan apa yang anda kerjakan.
5. Jangan pernah mensia-siakan peluang
Jangan terlalu banyak memikirkan masalah keuangan atau penghasilan yang anda peroleh. Jauh lebih penting anda memperoleh tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan anda. Kemudian bersungguh-sungguh melakukannya. Pikiran bagaimana anda dapat memperbaiki keadaan yang ada dalam tanggung jawab anda. Seringkali keberhasilan besar tersembunyi di balik peluang yang kelihatannya sepele.
6. Tentukan kegembiraan dalam setiap langkah
Perhatikan anak-anak kecil belajar, mereka senantiasa memperlihatkan kegembiraan saat berangkat sekolah, saat di kelas, istirahat dan saat mereka pulang, bahkan saat mereka beraktivitas dirumah. Segala sesuatu yang dilakukan dengan keceriaan akan memberikan perasaan untuk menyenangi apa pekerjaan yang dilakukan.
7. Tidak bersedih atas kegagalan
Kegagalan yang terjadi dalam setiap pencapaian target seharusnya tidak menjadikan seseorang menjadi pribadi yang trauma dan senantiasa di bayang-bayangi perasaan tersebut. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, mengambil pelajaran dari kegagalan adalah hal yang luar biasa.
8. Berdoa
Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa adalah salah satu usaha yang dapat dikatakan faktor penentu apakah kita akan tetap pada jalur dalam pencapaian target. Berdoa adalah fungsi kontrol manusia yang akan mengawal kita dalam pencapaian target sasaran.
Percaya diri
Percaya diri adalah salah satu sikap positif dari setiap individu untuk mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri ataupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapi.
Sikap tidak percaya diri dapat muncul karena kebiasaan-kebiasaan kita mengembangkan sikap dan pendapat negative tentang kita. Mungkin juga sikap tidak percaya diri ini muncul sebagai akibat dari pengaruh lingkungan kita. Misalnya, takut untuk berbuat salah. Sehingga dengan demikian seseorang akan tidak pernah melakukan sesuatu pekerjaan karena sejak awalnya sudah dihinggapi perasaan takut salah.
Cara utama untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri adalah adanya kemauan untuk mengubah diri sendiri yang muncul tanpa ada paksaan. Fight to our live! Hanya kita yang dapat mengubah diri kita (terlepas dari takdir dan kuasa dari Tuhan Yang Maha Kuasa). Jika kita mau meningkatkan percaya diri, coba bangkit dan keluarkan potensi diri kita. Yang penting adalah kemauan/niat.
Terdapat beberapa hal yang dapat digunakan dalam rangka mengatasi rasa tidak percaya diri, yaitu :
1. Kita bisa mengajak berbicara dari hati ke hati. Kita dapat menyarankan untuk berani menunjukkan dirinya sendiri ke orang lain dan bukan sekedar ikut-ikutan. Misalnya, bertanya mengapa dia merasa kurang percaya diri, mengajaknya untuk berani mengungkapkan apa yang dia harapkan, bertanya tentang pendapatnya, menyryhnya melakukan hal tersebut dan bertanya jika tidak mengerti.
2. Kita juga bisa memberikan motivasi kepadanya dengan mengatakan bahwa dia akan lebih keren atau menarik bila tampil apa adanya. Kita dapat menceritakan kisah tokoh atau pengalaman pribadi yang menunjukkan betapa bahagianya menjadi diri sendiri, tampil apa adanya atau juga dengan menguji dirinya. Misalnya kamu bisa menguasai sesuatu pengetahuan karena kamu telah membaca.
3. Kita juga dapat mengajarkan untuk bersikap tegas dan memiliki kepribadian. Orang lain bisa bersikap tegas dan orang yang dapat mengutarakan apa yang dia inginkan akan lebih dihargai orang daripada orang yang tidak memiliki sikap tersebut.
4. Kita juga bisa menantangnya dengan menjadikan pemimpin diantara kita, karena pemimpin merupakan salah satu penentu keputusan terakhir dalam seseuatu keadaan. Dengan demikian ia akan dapat belajar menentukan sikap dan kepribadiannya.
Sikap tidak percaya diri dapat muncul karena kebiasaan-kebiasaan kita mengembangkan sikap dan pendapat negative tentang kita. Mungkin juga sikap tidak percaya diri ini muncul sebagai akibat dari pengaruh lingkungan kita. Misalnya, takut untuk berbuat salah. Sehingga dengan demikian seseorang akan tidak pernah melakukan sesuatu pekerjaan karena sejak awalnya sudah dihinggapi perasaan takut salah.
Cara utama untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri adalah adanya kemauan untuk mengubah diri sendiri yang muncul tanpa ada paksaan. Fight to our live! Hanya kita yang dapat mengubah diri kita (terlepas dari takdir dan kuasa dari Tuhan Yang Maha Kuasa). Jika kita mau meningkatkan percaya diri, coba bangkit dan keluarkan potensi diri kita. Yang penting adalah kemauan/niat.
Terdapat beberapa hal yang dapat digunakan dalam rangka mengatasi rasa tidak percaya diri, yaitu :
1. Kita bisa mengajak berbicara dari hati ke hati. Kita dapat menyarankan untuk berani menunjukkan dirinya sendiri ke orang lain dan bukan sekedar ikut-ikutan. Misalnya, bertanya mengapa dia merasa kurang percaya diri, mengajaknya untuk berani mengungkapkan apa yang dia harapkan, bertanya tentang pendapatnya, menyryhnya melakukan hal tersebut dan bertanya jika tidak mengerti.
2. Kita juga bisa memberikan motivasi kepadanya dengan mengatakan bahwa dia akan lebih keren atau menarik bila tampil apa adanya. Kita dapat menceritakan kisah tokoh atau pengalaman pribadi yang menunjukkan betapa bahagianya menjadi diri sendiri, tampil apa adanya atau juga dengan menguji dirinya. Misalnya kamu bisa menguasai sesuatu pengetahuan karena kamu telah membaca.
3. Kita juga dapat mengajarkan untuk bersikap tegas dan memiliki kepribadian. Orang lain bisa bersikap tegas dan orang yang dapat mengutarakan apa yang dia inginkan akan lebih dihargai orang daripada orang yang tidak memiliki sikap tersebut.
4. Kita juga bisa menantangnya dengan menjadikan pemimpin diantara kita, karena pemimpin merupakan salah satu penentu keputusan terakhir dalam seseuatu keadaan. Dengan demikian ia akan dapat belajar menentukan sikap dan kepribadiannya.
Sunday, February 10, 2013
Membaca Serangan Lawan dalam Pertarungan
Untuk dapat mengalahkan lawan dalam sebuah pertarungan dibutukan keterampilan dalam mengantisipasi serangan lawan. Untuk itu selain kecepatan dan kereflekan dari gerakan kita dibutuhkan, juga yang paling penting kita dapat membaca pikiran musuh sebelum gerakan serangannya di lancarkan kepada kita. Jadi sebenarnya yang paling terpenting dalam suatu pertarungan adalah kita dapat membaca pikiran lawan kita. Untuk dapat membaca pikiran lawan kita dibutuhkan ketenangan pikiran. Pikiran kita harus setenang mungkin tidak boleh ada perasaan gelisah, cemas, grasah-grusuh, takut dan semacamnya. Dalam bertarung, kita harus mengikuti prinsip Karate yaitu Mizu no Kokoro (pikiran layaknya air) dan Tsuki no kokoro (pikiran layaknya bulan). Dalam Mizu no kokoro (pikiran layaknya air), kita dituntut untuk memiliki pikiran yang tenang setenang air dalam bertarung. Sebab pikiran yang setenang air mampu memantulkan semua benda disekitarnya, termasuk jalan pikiran musuh. Sedangkan dalam Tsuki no Kokoro (pikiran layaknya bulan) kita dituntut untuk menganggap lawan kita sebagai bulan yang menerangi keadaan di sekitarnya, sehingga kita dapat melihat benda2 di sekitar kita, termasuk melihat peluang2 untuk melancarkan serangan ke musuh atau melihat kelemahan pertahanan pada lawan. Dalam hal ini kita membiarkan lawan melancarkan beberapa serangan sambil kita melakukan gerakan menangkis dan menghindar. Kemudian sambil melakukan kedua perinsip tersebut secara bersamaan, perlahan-lahan tabir kelemahan pertahanan lawan mulai terungkap. Dan disaat itu kita melancarkan serangan ke arah lawan. Dalam hal ini saya, selaku penulis akan berbagi pengalaman tentang teknik2 cara membaca serangan lawan. Bertahun tahun saya mencari jawaban tentang bagaimana mengalahkan lawan dalam sebuah pertarungan beladiri. Ternyata baru2 ini saya menemukan jawabannya dan sudah bisa mempraktekannya, dengan kata lain saya sudah bisa menjalankan dan merasakan prinsip Karate Mizu no kokoro (pikiran layaknya air) dan Tsuki no kokoro (pikiran layaknya bulan) adalah benar. Jadi kedua prinsip itu bukan omong kosong, dan saya sudah dapat membuktikannya. Ketika saya melakukan sparing (pertarungan) bersama beberapa rekan, secara tidak sengaja saya berhasil menerapkan kedua prinsip tersebut dan diluar dugaan
Ternyata beberapa rekan saya pun kalah secara bergantian.
Kemudian saya berpikir apa yang membuat saya menang?, lalu saya menemukan jawaban yaitu mengikuti dua prinsip Karate itu.
Lalu saya bertanya lagi pada diri sendiri, apa yang membuat saya sukses melakukan dua perisip itu?Lalu kutemukan Jawabannya adalah karena kamu berpikiran tenang saat menghadapi lawan.
Kemudian muncul pertanyaan lagi pada diri saya: kalau begitu apa yang membuat pikiran dan perasaan saya tenang pada saat itu?
Lalu setelah berpikir agak panjang, menggali dan terus menggali ternyata kutemukan jawabannya yaitu karena merupakan akumulasi proses panjang selama kamu latihan, jadi dengan latihan yang teratur, serius menghayati, dan konsisten akan memberikan perasaan yakin pada dirimu sendiri sehingga dengan mudah pikiranmu akan tenang.
Lalu timbul pertanyaan kembali pada saya, apa yang jadi penyebab saya bisa menenangkan pikiran saya dibandingkan dengan dulu padahal dulu dan sekarang sama2 giat berlatih?
Ternyata jawabannya adalah pada teknik2nya. Berikut Tips2 teknik cara membaca serangan lawan dari saya:
- Perhatikan/ arahkan pandangan kita pada daerah sekitar kepala lawan, terutama daerah sekitar mata lawan. Jangan sekali2 pandangan kita mengarah kepada tangan/kaki lawan ataupun keduanya sebab pandangan yang tertuju selain pada kepala akan mudah dimanipulasi lawan ujung2nya lawanlah yang dapat membaca pikiran kita dan kitapun malah jadi smakin grogi. Dengan mengarahkan pandangan kita ke bagian kepala musuh maka akan proses membaca pikiran lawanpun akan dimulai.
- Tahap kedua, ketika kita mengarahkan pandangan kearah kepala lawan maka kita selanjutnya diharuskan menenangkan pikiran, jadi secara serentak kita menenangkan pikiran dan mengarahkan pandangan ke sekitar kepala lawan. Pada tahap ini kita sebenarnya sedang mempercepat proses pembacaan pikiran lawan. Makin tenang dirimu makin mudahlah anda membaca pikiran lawan anda. Hal2 yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah:
- Jangan takut ketika pandangan kita hanya tertuju ke kepala lawan seolah2 kita tidak mengawasi/waspada terhadap anggota tubuh lain yang menjadi alat penyerang seperti tangan dan kaki. Sebab ketika kita memandang kearah kepala lawan disamping pikiran kita tenang juga harus disertai dengan keyakinan bahwa latihan rutin yang selama ini kita jalankan akan memberikan dampak yang significan pada diri kita,terutama meningkatkan gerak reflek kita saat diperlukan pada situasi dan kondisi tertentu. Pikiran kita jangan juga memikirkan gerakan/teknik apa yang harus kita keluarkan melainkan pikiran kita harus dikondisikan tanpa beban, biarlah mengalir seperti air mengikuti gerak-gerik lawan.
- Setelah kita menatap ke arah kepala, menenangkan diri dan yakin jangan lupa untuk menerapkan prinsip Karate yang kedua yaitu Tsuki no Kokoro (pikiran layaknya bulan). Biarkanlah lawan menyerang sebanyaknya sampai kita tahu dimana letak kelemahannya. Pada umumnya prinsip ini bertujuan menembus benteng pertahanan lawan. Ketika kelemahan lawan sudah diketahui maka buru2 lansung kita balas dengan serangan kita.
- Pada saat kita menatap kearah kepala lawan kita dan kita sudah berhasil membaca pikiran lawan tetapi setelah itu sulit membaca pikiran lawan lagi, maka jangan putus asa. Arahkan pandangan kita terus pada daerah sekitar kepala, terutama pada kedua mata lawan. Biasanya sekali kita bisa melakukannya seterusnya akan bisa.
- Ketenangan pikiran kita, semakin tenang pikiran kita semakin bisa untuk membaca serangan lawan (jangan lupa untuk terus menatap daerah kepala lawan terutama mata)
- Ketenangan pikiran kita dipengaruhi oleh keyakinan kita, Maka untuk memperkuat keyakinan kita adalah dengan latihan karate yang disiplin dan benar. Juga dapat pula ditambah dengan meditasi dgn mengucapkan kata2 positif.
Tuesday, February 5, 2013
7 RAHASIA TEKNIK KARATE MEMATIKAN
1. Katachi (= Bentuk )
Bentuk (Katachi) yang benar adalah selalu berhubungan erat dengan prinsip-prinsip dari ilmu fisika dan ilmu gerak. Syarat utama dari teknik yang benar adalah memiliki keseimbangan yang baik, serta stabilitas yang tinggi dari gerakan masing-masing bagian tubuh. Karena gerakan-gerakan akan dilakukan dalam rangkaian yang cepat didalam jangka waktu yang singkat. Ini adalah suatu prinsip dasar dari sebuah teknik karate, karena pukulan dan tendangan hal yang sangat penting dari seni bela diri karate. Kebutuhan akan keseimbangan yang baik dapat dilihat terutama sekali didalam
menendang, di mana tubuh itu adalah biasanya ditunjang oleh satu kaki. Untuk menahan efek (tenaga balik) yang besar, ketika suatu pukulan didaratkan, stabilitas semua sambungan di lengan dan tangan dan kaki serta bagian tubuh lainnya
adalah hal yang penting diperhatikan.
Dengan berubahnya situasi dan perubahan teknik yang dilakukan, pusat gravitasi berubah ke kanan, ke kiri, ke depan, atau belakang. Ini tidak bisa dilaksanakan kecuali jika syaraf dan otot-otot sungguh terlatih.
Berikutnya, berdiri dengan satu kaki jangka waktu yang lama akan membuat kita mudah diserang (terbuka), maka menyeimbangkan harus terus menerus dilakukan dari satu kaki ke kaki lainya. Karateka harus siap menghindari dan membalas satu pukulan dan siap untuk serangan yang berikutnya.
2. Kokyo (= Pernafasan )
Pernafasan dikoordinasikan dalam pelaksanaan suatu teknik, secara rinci, menarik napas (menghirup) ketika menangkis, menghembuskan ketika memfokuskan (memusatkan) teknik ketika dilaksanakan, dan menarik napas lalu menghembuskan nya ketika teknik teknik yang berurutan dilaksanakan. Bernafas harus tidak seragam; ia akan berubah sesuai dengan perubahan situasi.
Ketika menarik napas (mengisi paru-paru penuh denganoksigen), tetapi ketika membuangnya (menghembuskan) udara tidak dibuang seluruhnya. Biarkan 20 persen tetap didalam paru-paru. Membuang (menghembuskan) seluruh udara yang ada didalam tubuh akan menyebabkan tubuh lemah sehingga kita tidak bisa menangkis, bahkan suatu pukulan yang lemah, serta tidak akan mampu untuk melakukan gerakan berikutnya.
3. Kime (= Pemusatan/Pemfokusan)
Tanpa nafas maka tidak akan ada kehidupan. Tanpa "Kime" Karate adalah tak bernyawa. Adalah penting bahwa karateka harus memahami bahwa semua teknik karate yang harus dilaksanakan dengan kime. Kime adalah memfokuskan/memusatkan energi mental, pernafasan dan puncak kekuatan secara fisik di dalam suatu titik yang diserang.
Karate bukanlah apa-apa tanpa semua unsur-unsur ini. Kunci dari kime adalah pernafasan. Setiap aktivitas secara fisik memerlukan teknik bernafas yang benar, yang akan bekerja dengan tubuh bukan melawannya. Geraman atau erangan tidak akan menghasilkan apa-apa. Seorang karateka harus menggunakan teknik pernafasan dengan menggabungkannya dengan kekuatan otot (tenaga) untuk menghasilkan daya ledak (kekuatan) yang maksimum (menghasilkan kekuatan paling yang mungkin kuat).
Ada berbagai metoda-metoda tentang teknik pernafasan, tetapi metode dasar untuk\ pemula-pemula adalah: 'Satu nafas satu teknik'. Pada waktu rileks (teknik tidak dilakukan) tetapi kendalikan cara bernafas dengan membuang nafas keluar melalui mulut yang terbuka sedikit, akhir pernafasan dan bersamaan dengan akhir teknik menutup mulut secara cepat seperti seolah-olah kita mengigit dan secara bersamaan mengeraskan otot perut, mengkontrasikan (mengeraskan) otot-otot tubuh dan selanjutnya sebelum satu detik rilekskan otot dan menghirup secara normal. Ketika mengeraskan otot perut, perut harus lurus dan terangkat kedepan.
4. Kiai (= Peledakan Energi / Puncak Semangat)
Kiai itu adalah teriakan akhir suatu teknik yang berbarengan dengan pembuangan nafas sehingga pelaksanaan kime yang akan memaksimalkan kuasa gerakan. Kiai juga mempunyai pengaruh yang akan mengejutkan lawan dan membuat mereka tidak bisa membalas.
Konsep dari KI adalah di puncak dari semua seni beladiri dan filsafat (Jepang). KI adalah
roh dan energi beserta pertemuan nafas AI pada [suatu] saat dampak. Melakukan kiai adalah sangat penting. Kiai tidak sekedar suatu sorak atau suara melengking dari kerongkongan. Jika kita menaruh tangan di perut ketika batuk kita akan
merasakan otot-otot perut kita berkontraksi (mengeras). Hal ini sesungguhnya adalah awal dari kiai.
Pertama-tama pahami prinsip-prinsip dan bernafas - Kime seperti dijelaskan diatas - lalu mengabungkannya didalam kiai yang dilakukan.
5. Power and Speed ( = Kekuatan dan Kecepatan )
Kekuatan dihimpun dari kecepatan. Kekuatan berotot saja tidak akan memungkinkan seseorang untuk ahli seni beladiri, atau didalam setiap olahraga sebetulnya. Kekuatan kime (pemfokusan/pemusatan tenaga) pada setiap teknik dasar karate berasal dari konsentrasi kekuatan yang maksimum pada saat waktu benturan (akhir suatu teknik), sangat tergantung dari kecepatan dari pukulan atau tendangan. Kecepatan dan kekuatan pukulan dari seorang karateka yang terlatih baik bisa mencapai tiga belas meter per detik dan menghasilkan kekuatan (tenaga setara dengan tujuh ratus kilogram).
Meskipun kecepatan adalah penting, ia tidak bisa efektif tanpa kendali. Kecepatan dan kekuatan dihasilkan dari pemanfaatan kekuatan dan reaksi. Untuk tujuan ini, satu pengetahuan (pemahaman) dinamika gerak dan penerapannya adalah sangat penting.
6. Concentration and Relaxation of Power (= Konsentrasi & Rileksasi Tenaga )
Tenaga maksimum adalah konsentrasi kekuatan semua bagian-bagian dari tubuh di target. Tidak hanya mengeraskan lengan dan kaki-kaki. Dengan kata lain penting adalah mengurangi pengunaan tenaga yang tidak perlu ketika melaksanakan suatu teknik, akan menghasilkan tenaga yang maksimal ketika diperlukan. Pada dasarnya, kekuatan tenaga dimulai pada saat kosong (nol), dan pada puncaknya (akhir suatu teknik) menjadi seratus persen (ketika berbenturan dengan sasaran), dan secepatnya kembali kosong (nol).
Merilekskan tenaga tenaga bukan berarti
mengurangi kewaspadaan. Selalu waspada dan bersiap untuk gerakan berikutnya.
7. Strengthening of Muscular Power (= Memperkuat Kekuatan Otot)
Pemahaman (pengetahuan) terhadap teori dan prinsip-prinsip dasar karate, tanpa otot-otot yang kuat, terlatih baik dan elastis (lentur) untuk melakukan suatu teknik adalah hal yang sia-sia. Memperkuat otot-otot memerlukan pelatihan rutin.
Pengetahuan teori dan prinsip tanpa kekuatan, latihan yang benar, kelenturan otot untuk melakukan suatu teknik adalah sia-sia (tidak efektif). Adalah sangat penting untuk mengetahui otot yang digunakan untuk melakukan suatu teknik, melatih otot secara khusus (otot yang spesifik), sangat efektif untuk memperbaiki teknik. Dan sebaliknya, semakin sedikit otot-otot yang tak perlu yang digunakan, semakin sedikit hilangnya energi. Otot yang bekerja secara penuh dan harmonis akan menghasilkan teknik-teknik efektif dan kuat.
(Irama dan waktu) Didalam setiap cabang olahraga, kemampuan puncak dari seorang atlit adalah sangat berirama. Hal ini juga berlaku di karate. Irama dan waktu suatu teknik seperti ritme (beat) didalam musik. Tiga faktor pokok adalah pengunaan tenaga yang benar, kelancaran (kecepatan) gerak atau perlambatan gerak ketika melaksanakan teknik serta melenturkan dan mengkontraksikan (mengeraskan) otot.
Kemampuan puncak dari seorang atlit bukanlah hanya bertenaga tetapi juga sangat berirama dan indah. Mengetahui suatu perasaan (pengertian dari irama dan pemilihan waktu adalah satu cara yang sempurna untuk mendapat kemajuan di dalam seni karate.
Penerapan Teknik Karate
Ini diilhami oleh naskah kuno orang Okinawa bernama Bubishi. Ini bukan berarti saya akan menunjukkan secara detail ke 48 teknik tsb.
Tujuan artikel ini adalah untuk menunjukkan keanekaragaman teknik karate – seperti serangan, tendangan, kuncian, lemparan, penghalang dan memegang. Selanjutnya, jika kita hanya menganalisis satu teknik, disitu ada banyak variasi tergantung gaya yang dianut dan tradisi atau dari sudut pandang seorang guru. Berikut ini adalah pandangan saya, berdasarkan bertahun-tahun praktek, penelitian dan seminar.
Saya akan merekomendasikan kepada anda semua untuk membaca Bubishi dan Funakoshi Tote jutsu.
Semua teknik yang ditunjukkan di sini dapat ditemukan dalam kata. Jika Anda berlatih Shotokan atau beberapa gaya modern lainnya, maka mungkin Anda akan berpikir bahwa banyak dari teknik ini kejam dan "kotor". Namun, teknik yang disebut kejam dan kotor ini adalah benar-benar teknik karate Okinawa yang asli.
Stanic Milos
KEN TSUKI
Pukulan ke Hidung dengan kepalan Tinju
Ini adalah suatu teknik karate yang sangat mendasar. Satu yang harus diingat bahwa pukulan ini tidak sama dengan pukulan dalam olahraga karate.
Dalam karate modern sangat sering digunakan untuk melakukan serangan ke daerah antara kepala dan leher lawan, namun hal ini tidak sangat efektif dalam membela diri. Dalam tinju karate kuno serangan tinju ini ditujukan ke hidung lawan.
Tips: Ambil lengan lawan dan tarik, gerakan ini disebut hiki-te. Dengan cara ini, anda akan dapat mengendalikan lawan dan membuat serangan anda jauh lebih mematikan.
Referensi Kata: Seisan
KINTEKI GERI
Tendangan ke Arah Selangkangan
Kinteki Geri selalu dilakukan dengan posisi kaki terdepan anda, sangat cepat dan akurat.
Tips : ambil langkah ke samping dan ambil/pegang lengan lawan untuk lebih mudah mengendalikannya.
Referensi kata: Seisan, Kushanku, Anan
SHUTO UCHI
Pukulan Pisau Tangan ke Arah Tenggorokan Lawan
Pisau tangan merupakan salah satu senjata utama yang paling efektif pada karate Okinawa kuno. Teknik ini bisa sangat berbahaya bila ditujukan ke tenggorokan lawan.
Selain itu, serangan ini dapat digunakan untuk menghancurkan muka lawan dan anggota badan.
Tips: Tangkis serangan lawan dengan tangan lain dan lalu lancarkan serangan balasan secara bersamaan.
Referensi kata: Kushanku
SAGURI-TE
Mengganggu Mata
Dalam bela diri, Anda dapat dengan mudah menggangu mata lawan dengan jari-jari Anda. Hal ini dapat dilakukan dengan tangan terdepan Anda, karena Anda dapat menutup lebih banyak ruang dengan tangan depan Anda.
Tips: Jangan menjadi kaku. Teknik ini tidak memerlukan kekuatan. Kecepatan dan akurasi adalah semua yang Anda butuhkan.
Referensi kata: Passai, Kushanku
HIZA GERI
Lutut Penghancur
Lutut adalah salah satu senjata yang paling hebat dalam Karate. Anda tidak perlu terlalu banyak berlatih untuk memahami penggunaannya.
Lutut digunakan untuk menghancurkan selangkangan lawan dan kadang-kadang, tergantung situasi, Jika ditujukan untuk menyerang kepala lawan maka dengan mudah serangan kita akan menjatuhkan dia.
Tips: Anda harus menggunakan tangan Anda (hiki-te) untuk mengontrol dan menarik lawan ke lutut yang menjadi alat penyerang. Tanpa tangan Anda Geri hiza hampir tidak berguna.
Referensi kata: Passai
EMPI UCHI
Sikut Penghancur
Siku dan lutut adalah alat penyerang yang terbaik jika digunakan dalam jarak dekat. Ini adalah senjata Pamungkas jika lawan yang kuat mencoba untuk memegang/mencengkram Anda. Lutut dan sikut dapat sangat menghancurkan dengan hanya waktu latihan yang sangat sedikit.
Serangan Siku adalah serangan yang sangat kuat. Hal ini digunakan untuk menghancurkan muka lawan atau untuk mematahkan tulang rusuknya.
Tips: Anda harus menggunakan tangan belakang Anda untuk menarik dan mengontrol lawan. Hiki-te yang paling penting di sini. Jangan gunakan seluruh lengan bawah Anda untuk menghancurkan. Fokus semua kekuatan Anda di bagian atas siku (olekranon).
Referensi kata: Passai, Kushanku, Anan
USHIRO EMPI UCHI
Sikut Penghancur
Ini adalah teknik yang sama. Tehnik ini digunakan sebagai pertahanan terhadap serangan dari belakang. Ambil lengan lawan anda dan hancurkan tulang rusuknya dengan sikut Anda.
Tips: Anda harus ingat bahwa semua teknik sikut membutuhkan sikap posisi yang baik. Jika Anda memiliki sikap posisi yang kokoh, Anda akan dapat memusatkan semua massa Anda ke dalam serangan ini.
Referensi kata: Kururunfa
URAKEN UCHI
Tinju bagian Belakang
Teknik ini sangat tidak begitu dipahami dengan baik sekarang_sekarang ini. pergelangan tangan anda harus rileks. Semua kekuatan dihasilkan melalui gerakan mencambuk/menyentak. Serangan ini selalu ditujukan untuk menyerang hidung dan bibir atas lawan.
Teknik ini sangat efektif dalam jarak dekat.
Tips: Adalah suatu kesalahan jika menggunakan seluruh permukaan datar tinju bagian belakang. Anda harus menggunakan buku-buku jari anda sebagai titik kontak.
Referensi kata: Passai, Kushanku
TEISHO UCHI
Telapak Tangan Penghancur
Serangan telapak tangan ke wajah lawan adalah sangat efektif. Anda harus selalu menggunakan tangan belakang Anda untuk menangkis serangan.
Tips: Tehnik ini harus dilakukan dengan sangat cepat. Tujuan dari serangan ini adalah untuk menghancurkan hidung lawan.
Referensi kata: Anan, Seisan
NUKI-TE
Cengkraman Tenggorokan
Dalam banyak kasus, teknik ini ditunjukkan dengan variasi serangan telapak tangan di dalam kata.
Tips: Selain menyerang tenggorokan Anda dapat dengan mudah menjambak rambut, telinganya atau menekan bagian bawah dagunya dengan jempol Anda.
Tuesday, January 29, 2013
Pentingnya Latihan Menangkis di Karate
Karate diciptakan oleh master2 zaman dahulu adalah untuk mempertahankan diri, bukan untuk menyerang. Karena serangan Karate bisa sangat membahayakan Jika digunakan sembarangan maka akan mencelakai orang. Orang yang jadi korban bisa jadi cacat atau meninggal. Karena saking bahayanya ilmu Karate ini, maka oleh master2 dahulu diciptakanlah jurus/Kata yang tekniknya kebanyakan didominasi oleh tangkisan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar nantinya karate diharapkan tidak disalahgunakan dalam pengamalannya dikemudian hari. Seperti kita tahu bahwa dalam prinsip Karate tidak ada yang namanya menyerang terlebih dahulu alias jika kita diserang baru kita membela diri. Itulah sebabnya dalam setiap jurus Karate selalu dimulai dengan tangkisan. Dalam setiap tehnik Beladiri Karate selalu ditekankan untuk mempertahankan diri/melindungi diri terlebih dahulu, baru kemudian menyerang. Melindungi diri terlebih dulu maksudnya si pelaku karate dituntut untuk terus memprioritaskan belajar dan melatih gerakan tangkisan secara konsisten dari pada melatih gerakan memukul atau menendang. Di sini setiap murid karate ditekankan untuk lebih banyak belajar dan melatih tangkisan ketimbang pukulan. Hal ini bukan berarti melatih pukulan/tendangan dinomor duakan tetapi dalam pertarungan sebenarnya orang yang mempunyai skill menangkis yang lebih baik memiliki kemungkinan untuk menang lebih besar, walaupun skill pukulannya rendah atau paling tidak dalam kondisi terburuk orang tsb walaupun tidak slalu menang dalam pertarungan tapi ia dapat meminimalisir tingkat bahaya serangan musuh/dapat menahan gempuran serangan lawan sehingga tingkat cedera pada dirinya dapat diminimalisasi sekecil mungkin. Sekarang kita bandingkan dengan sebuah contoh:
- Si A belajar dan melatih tangkisan serta pukulan dengan kompasisi: latihan tangkisan =80%, latihan pukulan/tendangan=20%
- Si B belajar tangkisan dan pukulan dengan komposisi: latihan tangkisan=20%, latihan pukulan dan tendangan=80%
Ketika mereka berdua diadu dalam sebuah pertarungan, manakah diantara mereka yang menang? Apakah si A yang mempunyai pertahanan yang paling kuat atau si B yang mempunyai pukulan dan tendangan paling kuat dan cepat? Jawabannya adalah yang menang si A, karena sekuat dan secepat apapun si B melancarkan pukulan, pukulannya akan selalu meleset/tertangkis oleh si A, dan ketika kemudian si A membalas dengan menyerang melalui pukulannya ke si B, mungkin pada tahap ini serangan pukulan yang dilancarkan si A kualitasnya tidak sebagus pukulan yang dilancarkan si B. kualitas pukulan si A boleh jadi dari segi kecepatan rendah, dan dari segi kekuatan atau bobot pukulan juga rendah. Sehingga pukulan si A belum bisa segera membuat kapok si B atau menjatuhkan si B. Tapi lama-kelamaan seiring dengan akumulasi pukulan yang masuk ke tubuh si B, pukulan yang lemah sekalipun dapat mencedrai si B dan akibatnya si B ambruk ke tanah (kalah).
Melatih keterampilan menangkis juga membantu kita dalam bertahan dalam suatu pertarungan. Musuh yang melancarkan serangan terus-menerus secara bertubi2 tapi selalu berhasil kita tangkis, lama kelamaan akan menguras energi musuh juga, sehingga lambat laun kecepatan pukulannya akan melambat bahkan berhenti sama sekali. Di saat pukulannya lambat terbukalah peluang/celah untuk kita memukulnya.
Latihan menangkis juga dapat menghindarkan tubuh kita dari cedera yang serius akibat pukulan telak musuh. Sehingga kalau saat menit pertama saja kita sudah kena pukul telak dan terhuyung-huyung, bagaimana jika kita akan bertarung di menit2 selanjutnya, pasti lebih berat.
Dalam hal ini bukannya penulis mengabaikan latihan memukul/menendang. Tidak sama sekali tidak! Tetapi penulis hanya ingin sekedar meluruskan kembali muksud dan tujuan latihan karate. Penulis perhatikan banyak diantara para siswa2 Karate yang lebih enak melatih Karatenya hanya sebatas teknik memukul atau menendang saja, sedangkan mereka tidak bergairah untuk melatih tangkisan. Waktu mereka berlatih di Dojo, mereka terpaksa harus mengikuti sensei mereka dalam melakukan gerakan2 termasuk teknik tangkisan. Tapi teknik tangkisan yang mereka latih di Dojo atas intruksi senseinya tidak membuat mereka senang. Mereka tidak menghayati gerakan tangkisan yang mereka lakukan. Sesudah sampai di rumah mereka melupakan semua latihan teknik tangkisan waktu di Dojo, mereka kembali hanya melatih pukulan secara berulang2 tanpa melatih tangkisan sedikitpun. Mereka berlatih di rumah hanya bergairah untuk melatih pukulan saja. Sebenarnya ini tidak salah, banyak Karateka yang berlatih memukul Makiwara di rumah. Maksud penulis latihlah pukulan sampai baik dan perbanyaklah latihan Tangkisan, karena tangkisan dapat melindungi anda dari cedera dan kekalahan.
Teknik Cara Mematahkan dan Meremukkan Benda-Benda Keras (Tameshiwari)
Teknik meremuk/mematahkan/menghancurkan benda/objek keras hanya merupakan salah satu bagian kecil dari Latihan Karate, dimana dalam teknik ini sebenarnya merupakan peragaan kecepatan dan tenaga yang dapat dicapai oleh tubuh lewat serangkaian proses latihan yang panjang dan melelahkan.
Seorang Karateka harus mampu memusatkan dan membangkitkan segala kekuatannya terhadap objek yang akan diremukkannya. Bila muncul keraguan dalam dirinya akan kemampuan meremukkan benda tersebut, bahkan sebelum dia melakukan pukulan, maka keraguan yang muncul tersebut mau tidak mau, suka tidak suka akan mengurangi kekuatannya dalam memukul, dan kalau sudah begitu tentunya objek yang akan dijadikan sasaran memukul pastinya tidak akan remuk. Pada prinsipnya bisa tidaknya objek tersebut remuk atau hancur, itu tergantung dari pemusatan dari pikiran kita. Takut akan sakit biasanya membuat siswa ragu-ragu, dan dengan demikian mengurangi tenaga dan kecepatannya. Siswa harus dapat membangkitkan dan mengembangkan kepercayaan diri sendiri dan mampu mengatasi ketakutan psikologis tersebut. Ia harus menyadari bahwa ia harus mempertaruhkan tenaga dan mental yang amat besar , kebulatan tekad dan latihan pemusatan yang dinamis yang merupakan kunci dari latihan-latihan meremukkan atau mematahkan benda-benda keras.
Untuk meremukkan atau mematahkanbenda-benda keras , diperlukan prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Ambil posisi pada jarak yang layak, dan sikap yang menjamin keseimbangan untuk maksud yang satu ini. (biasanya sikal L atau sikap tegap (fixed), dan sikap jalan pada awal gerak memukul. Sikap-sikap ini dipakai bila ingin menghancurkan dengan tangan.
- Pusatkan dan bangkitkan segala tenaga pada waktu mengenai sasaran, dipusatkan pada suatu titik diluar objek yang akan diremuk. Jangan membidik dan memukul pada permukaan objek. Pusatkan, bidik , dan pukul pada titik pusat dari objek.
- Arahkan pemusatan pikiran untuk meremuk (pikiran lebih utama dari pada tubuh).
Membidik dan meluncurkan pukulan tepat ke titik tengah sasaran Objek dengan kekuatan dan kecepatan yang Maksimal adalah kunci suskses untuk meremukkan sebuh objek Gunakan bagian ujung dari tangan (bagian ujung tangan adalah bagian yang bersentuhan langsung dengan objek) untuk memukul objek, semakin kecil dan lancip ujung tangan yang akan digunakan untuk memukul, semakin mudah untuk meremukkan objek.Cara atau Teknik Meningkatkan Kekuatan (Power) Pukulan atau Tendangan ketika melakukan Tameshiwari:- Memamfaatkan gaya gravitasi bumi, contoh seumpama ada orang mempunyai berat badan 154 lbs (70 kgs) berdiri dengan satu kaki, maka bumi menerima tekanan sebesar 154 lbs (70 kgs.) juga, tetapi jika orang yang mempunyai berat badan 154 lbs (70 kgs) meloncat ke udara dan salah satu kakinya mendarat mengenai/menekan bumi, maka tekanan yang diterima oleh bumi menjadi lebih besar dari 154 lbs (70 kgs.). Dalam hubungannya dengan Tameshiwari, kekuatan gaya grafitasi bumi dapat dipadukan dengan teknik cara memukul yang benar, tenaga dan kecepatan sehingga menimbulkan efek damage yang sangat besar bagi objek/benda keras yang akan dihancurkan tersebut.
- Melakukan pukulan dengan posisi yang benar atau lurus ke titik tengan objek. Indikator lurusnya pukulan kita untuk mengenai objek adalah dengan melihat sudut dari ujung tangan kita dengan permukaan objek tersebut yang membentuk sudut 90 derajat, sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar berikut ini.
Metode yang Dipakai untuk Memposisikan Objek/Benda Keras yang akan Dipukul yaitu:Pada metode pertama, adalah metode yang lazim digunakan para Karateka untuk melakukan Tameshiwari, tetapi metode ini sangat sulit untuk di remukkan dibandingkan dengan dua metode lainnya diatas, karena objek tertumpu dengan seimbang oleh kedua kakinya, yang mana dalam posisi ini kekuatan dan ketahanan objek terhadap benturan dari atas semakin kokoh. Dalam posisi seperti ini Karateka harus mengeluarkan kekuatan yang lebih ekstra untuk meremukkannya tepat di titik tengah objek tersebut.Pada metode kedua, sebenarnya lebih/paling gampang dari metode pertama dan ketiga sebab objek miring dan dalam posisi yang tidak kokoh (hanya bertumpu pada sebelah tangan Karateka). Karateka dapat lebih mudah untuk meremukkan benda keras dengan metode posisi objek seperti ini.Pada metode Ketiga, sekilas terlihat lebih sulit dari pada metode kedua, tetapi jika dilihat lebih teliti sebenarnya ujung besi yang digunakan untuk jadi tumpuan balok batu bata (objek) dapat dijadikan alat untuk membantu Karateka dalam proses peremukan objek.Secara teoritis objek dengan permukaan yang lebih tipis dan lebih lebar dapat lebih mudah untuk dihancurkan
Subscribe to:
Posts (Atom)